Selasa, 19 Mei 2009

Kangen

Bila kita adalah orang yang selama ini tinggal ditempat yang jauh dari orang tua, saudara, teman dan kerabat, pernahkah kita rasakan sebah kerinduan?

bila kita sekarang mungkin sedang melalui proses belajar ditempat yang jauh dari rumah, kuliah, kerja, tugas atau yang lainnya. Ketika telah lama tidak pulang kampung dan membendung rasa kangen dan rindu pada semua orang dirumah. mencari waktu kapan bisa pulang.

Seandainya saat itu tiba, senangnya hati bisa punya waktu dan biaya untuk berkumpul lagi dengan keluarga yang telah lama ditinggal. Perjalanan, meskipun jauh pasti akan dinikmati dengan puas, karena perjalanan yang dituju adalah jalan menuju pulang kerumah.

Mempersiapkan oleh-oleh buat keluarga yang ada dirumah. Meskipun sedikit tapi mudah-mudahan membawa kegembiraan.

sesampainya dirumah, kita mendapat kejutan, karena disambut dengan luar biasa oleh semua orang yang ada dirumah. Semuanya tersenyum haru menyaksikan kedatangan kita yang telah lama tidak tampak batang hidungnya. Suasananya sudah berbeda dengan dulu. kalau biasanya waktu masih tinggal bersama dengan keluarga dirumah tidak di sayang-sayang, sekarang seperti dimanja. bisanya dulu gampang dimarahi, sekarang tidak. biasanya kemauan kita tidak dituruti, sekarang yang tidak diminta pun disediakan. ya seperti tamu istimewa lah...!

Hari-hari berkumpul bersama keluarga memang menyenangkan, apalagi lama tidak bertemu. Keponakan yang dulu ditinggalkan masih sangat imut dan lucu, sekarang sudah besar dan pandai berbicara. Saudara yang dulu sering judes, sekarang tiba-tiba jadi lebih perhatian.

hari demi hari...

Tapi, suatu saat waktunya juga akan tiba.

waktu berlibur dan melepas kangen juga tidak selamanya dapat dirasakan, tapi disitulah letak nekmatnya kebersamaan. saatnya kita juga harus meninggalkan mereka, tututan belajar, menuntut ilmu, kerja atau yang lainnya telah menunggu kedatangan kita untuk kembali beraktifitas.

Saat itulah, kita harus mempersiapkan kembali apa yang menjadi keperluan. semua perbekalan yang harus dipersiapkan juga harus matang. makanan untuk diperjalanan, pakaian, uang sangu, hal-hal yang dibutuhkan ketika dalam kondisi darurat pun tidak lupa disediakan. waah...! saat-saat itu memang berrrraaat...! sedih, akan berpisah lagi dengan keluarga dan teman sekitar rumah. Tiket penerbangan juga harus dipesan sbelum keberangkatan, supaya nilai beli tidak terlalu tinggi.

Kalau membuka tiket, yang paling ga sanggup ngeliat tanggal penerbangannya! bikin hati terbayang-bayang sedihnya berpisah lagi dengan keluarga.

biasanya disaat-saat begini semua yang terbaik akan dilakukan, untuk meninggalkan bekas yang bernilai bagi semua orang.

tidak lupa juga sebelum hari H, seluruh anggota keluarga bikin acara foto bersama. detik-detik dirasakan dengan sebenar-benarnya, tidak seperti hari-hari sebelumnya yang masih merasa hari keberangkatan akan masih lama.

saat-saat terakhir memang berharga dan berarti.

Ya..., sperti itulah rasanya. senangnya bila bekas yang kita tinggalkan berupa hal yang disenangi dan postif. tapi, akan sangat mengecewakan bila hal yang kita tinggalkan malah negatif.

dan....

pernahkah kita merasakan hari-hari kita sama seperti yang kita rasakan ketika akan berpisah dengan keluarga. saat-saat dimana jasad ini akan dipendam, dan ruh akan diantarkan ke kelangit. saat-saat nyawa akan dijemput oleh malaikat maut. dengan waktu dan tempat yang sangat rahasia dan berupa kejutan. kesempatan hidup yang telah terhitung tahunan selama ini, apakah telah memberikan bekas yang berarti dan bernilai bagi kita sendiri? ataukah bekas yang membuat kita menyesal sepanjang masa dan tidak akan mungkin kembali...???

Minggu, 17 Mei 2009

"Orang Asing"


Imam Muslim meriwayatkan di dalam Shahihnya dari jalan Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Islam datang dalam keadaan asing. Dan ia akan kembali menjadi asing sebagaimana kedatangannya. Maka beruntunglah orang-orang yang asing itu.” (HR. Muslim [145] dalam Kitab al-Iman.Syarh Muslim, 1/234).


an-Nawawi rahimahullah menukil keterangan al-Harawi bahwa makna orang-orang yang asing adalah : orang-orang yang berhijrah meninggalkan negeri/daerah mereka karena kecintaan mereka kepada Allah ta’ala (Syarh Muslim, 1/235). Keterangan al-Harawi di atas dilandaskan pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dalam Shahihnya dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Islam datang dalam keadaan asing dan ia akan kembali menjadi asing, maka beruntunglah orang-orang yang asing.” Ada yang bertanya, “Siapakah yang dimaksud dengan orang-orang asing?”. Beliau menjawab, “Yaitu orang-orang yang memisahkan diri dari kabilah-kabilah [mereka].” (HR. Ibnu Majah [3978] dinyatakan sahih oleh al-Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibni Majah [8/488] namun tanpa tambahan ‘ada yang bertanya, dan seterusnya’, as-Syamilah).


Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnadnya dari Abdullah bin Amr bin al-’Ash radhiyallahu’anhu, dia mengatakan; Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berbicara dan ketika itu kami berada di sisi beliau, “Beruntunglah orang-orang yang asing.” Kemudian ada yang menanyakan, “Siapakah yang dimaksud orang-orang yang asing itu wahai Rasulullah?”. Maka beliau menjawab, “Orang-orang salih yang hidup di tengah-tengah orang-orang yang jelek lagi banyak [jumlahnya]. Orang yang mendurhakai mereka lebih banyak daripada orang yang menaati mereka.” (HR. Ahmad 6362 [13/400], disahihkan al-Albani dalam Shahih w a Dha’if al-Jami’ 7368 [3/443] as-Syamilah)


Syaikh al-Albani rahimahullah menyebutkan di dalam Silsilah al-Ahadits as-Shahihah penafsiran makna orang-orang yang asing tersebut dengan sanad yang sahih. Diriwayatkan oleh Abu Amr ad-Dani dalam as-Sunan al-Waridah fi al-Fitan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu secara marfu’ -sampai kepada Nabi-, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Islam itu datang dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi asing seperti ketika datangnya. Maka beruntunglah orang-orang yang asing.” Ada yang bertanya, “Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?”. Maka beliau menjawab, “Yaitu orang-orang yang tetap baik [agamanya] tatkala orang-orang lain menjadi rusak.” (as-Shahihah no 1273 [3/267]. as-Syamilah, lihat juga Limadza ikhtartul manhaj salafi, hal. 54).


al-Qari menafsirkan bahwa makna orang-orang yang asing adalah orang-orang yang memperbaiki [memulihkan] ajaran Nabi yang telah dirusak oleh manusia sesudahnya. Beliau berdalil dengan hadits yang diriwayatkan melalui Amr bin Auf al-Muzani radhiyallahu’anhu, demikian dinukilkan oleh al-Mubarakfuri (Tuhfat al-Ahwadzi [6/427] as-Syamilah). Imam Tirmidzi menyebutkan dalam Sunannya hadits tersebut yang disandarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Mereka itu adalah orang-orang yang memperbaiki ajaranku yang telah dirusak oleh manusia-manusia sesudah kepergianku.” (HR. Tirmidzi [2554] dari Amr bin Auf al-Muzani radhiyallahu’anhu, namun hadits ini dinyatakan berstatus dha’if jiddan -lemah sekali- oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan at-Tirmidzi [2630] as-Syamilah, lihat pula Limadza ikhtartul manhaj salafi, hal. 53 oleh Syaikh Salim al-Hilali).


al-Mubarakfuri menjelaskan makna ‘ memperbaiki ajaranku yang telah dirusak oleh manusia-manusia’ yaitu : “Mereka mengamalkan ajaran/sunnah tersebut dan mereka menampakkannya sekuat kemampuan mereka.” (Tuhfat al-Ahwadzi [6/428] as-Syamilah). al-Mubarakfuri juga menjelaskan bahwa hadits yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi di atas bersatus lemah dikarenakan terdapat seorang periwayat yang bernama Katsir bin Abdullah bin Amr bin Auf al-Muzani. al-Mubarakfuri berkata, “Katsir ini adalah periwayat yang lemah menurut banyak ulama ahli hadits, bahkan menurut mayoritas mereka. Sampai-sampai Ibnu Abdi al-Barr mengatakan, ‘Orang ini telah disepakati akan kedha’ifannya’.” Maka keterangan beliau ini menyanggah at-Tirmidzi yang menghasankan hadits di atas (lihat Tuhfat al-Ahwadzi [6/428] as-Syamilah).


Syaikh Salim al-Hilali hafizhahullah berkata, “…tidak ada riwayat yang sah mengenai penafsiran [Nabi] tentang makna al-Ghuraba’ (orang-orang asing) selain dua tafsiran yang marfu’ yaitu : [1] Orang-orang yang [tetap] baik tatkala masyarakat telah diliputi kerusakan. [2] Orang-orang salih yang hidup di tengah-tengah banyak orang yang buruk [agamanya], akibatnya orang yang menentang mereka lebih banyak daripada yang mengikuti mereka.” (Limadza ikhtartul manhaj salafi, hal. 55).


Imam at-Tirmidzi membawakan hadits dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan datang suatu masa ketika itu orang yang tetap bersabar di antara mereka di atas ajaran agamanya bagaikan orang yang sedang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi [2260] disahihkan al-Albani dalam Shahih wa Dha’is Sunan at-Tirmidzi [5/260], as-Shahihah no 957. as-Syamilah).


Kamis, 14 Mei 2009

Intifadhah

Wahai para perindu Syahid...! pertahankan serta kuatkan tekad anda untuk pergi berjihad..! meskipun segala rintangan menghadang... namun jiwa tetap ingin berperang. Meskipun saat-saat itu tidak tentu kapan akan segera tiba. Peliharalah iman serta akhlaq kita, supaya pertolongan sedekat mungkin kepada kita. Ingatlah... pertolongan Allah itu berada pada sejauhmana pertolongan kita terhadap sesama Muslim. Jangan biarkan kemaksiatan menghancurkan segalanya! perkuatlah keimanan terhadap kampung akhirat....!

Kenikmatan dunia hanyalah secuil dari banyaknya kenikmatan akhirat, bahkan kalau kenikmatan didunia diibaratkan sebuah titik, maka perumpamaan itu terlalu besar dari kenyataan yang sebenarnya...

Jangalah berhenti merindukan peperangan fii sabilillah... ingatlah perkataan salah seorang sahabat Rasulullah saw. bahwa kenikmatan berperang fii sabilillah ketika pedang sedang berkecamuk adalah lebik nikmat dan lebih seru didandingkan dengan malam pertama bersama gadis yang cantik jelita...

“...Barang siapa mati meskipun dia tidak pernah berjihad ataupun tidak pernah berniat untuk berjihad, maka dia mati dalam keadaan jahiliyah” (Bukhari dan Muslim)

Wahai para Mujahid...!

“Aku titipkan kepada Allah, Agama kalian, amanah kalian dan penutup amal-amal kalian.” (Hadits Shahih diriwayatkan oleh Abu Dawud & lainnya dengan sanad shahih)

Bila engkau telah merasakan kenikmatan berjuang dimedan perang, bersyukurlah sebanyak mungkin kepada Allah ‘Azza wajalla...! karena dengan segala izin-Nya Engkau diberangkatkan ke medan Jihad. Insya Allah kami selalu mendoakan keselamatanmu. dan jangan Engkau lupakan kami dalam setiap doamu supaya kami bisa menjemputmu di medan Jihad.

Jangan lupa selalu memberikan semangat kepada saudaramu yang belum mendapat giliran untuk berangkat. Ceritakan ke-seruan yang Engkau rasakan kepada kami supaya semangat kami semakin membara dan menyala. Allahu Akbar...!

Bila musuh yang Engkau hadapi tidak sebanding denganmu, maka bersabarlah! Allah pasti akan memberikan pertolongan kepadamu dan jangan pula engkau mundurkan langkahmu

"Jika kamu bersabar dan bertaqwa ketika mereka (musuh) datang menyerang kamu dengan tiba-tiba, nisacaya Allah menolongmu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda" (QS. Ali Imran : 125)

Jangan lupa pesan dari Abu Bakar ash-Shidiq, "Jangan berkhianat, jangan menipu, jangan membunuh lawan secara kejam, jangan membunuh anak-anak, kakek-kakek dan wanita. Janganlah menebang pohon kurma atau pohon apapun yang sedang berbuah, jangan membakar, jangan menyembelih sapi, unta atau hewan ternak kecuali jika hendak dimakan dagingnya saja. Jika kamu menemui orang yang sedang beribadah dalam gereja atau biara, biarkanlah mereka dan jangan ganggu mereka"

Wahai para Mujahid! Dan jangan sekali-kali engkau tinggalkan tempat itu meskipun hanya satu langkah atau setengahnya atau seper tiganya atau seper empatnya atau setengah dari seper empatnya atau setengah dari sebagiannya atau hanya sekecil rambut yang halus

“Seburuk-buruk sifat yang ada pada seorang laki-laki adalah bakhil karena takut miskin dan lari dari medan perang” (HR. Abu Dawud)

...................................................................................................

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang Mukmin, diri dan harta mereka dan menggantinya dengan Syurga. Mereka berperang di jalan Allah lalu mereka membunuh atau terbunuh..." (QS. at-Taubah :111)

"Jihad didalam Islam bukanlah kegiatan kejam yang ditujukan secara sembarangan kepada non-muslim. Jihad adalah nama yang diberikan untuk sebuah perjuangan dan kebulatan tekad kepada seorang Muslim yang harus menghancurkan segala bentuk jenis kejahatan yang ada dihadapannya" (Shahih Muslim)

Selasa, 12 Mei 2009

Metamorfosis

Allahu Akbar...
Yaa Allah.... aku memang hambamu yang lemah, aku sadari kelemahanku, letak titik lemahku, letak rawannya kesalahanku... tapi janganlah semuanya itu membuat aku hancur.

semua memang selalu berubah... entah karena sesuatu yang baik atau buruk, karena dibujuk atau dirayu, karena sengaja atau terhanyut. dan aku memohon keistiqamahan lepada-Mu Ya Allah...

Hanya terhitung 3 tahun aku pergi... dan... semuanya berubah...

aku mencoba iseng melihat kemasa lalu... ternyata, orang yang dulu aku bersamanya, sekarang... berbeda, lingkunagn yang dulu aku tumbuh besar dan menuntut ilmu... sekarang, berubah. Maha suci engkau ya Allah... ini adalah skenario-Mu ya Allah, sehingga aku menginjak dibumi sekarang aku berjalan... semoga dimasa depan Engkau menempatkan aku ditempat yang juga terbaik menurut-Mu, seperti yang dulu telah menimpaku.... dan dengan rasa malu terhadap-Mu aku mensyukuri nikmat itu. aku akui pikiranku terlalu pendek dan singkat, sehingga tidak mampu memperkirakan masa depan ku sendiri. aku bersyukur bertemu orang-orang yang sekarang aku temui. saat ini seakan-akan aku miliki keluarga besar. keluarga yang mampu menguatkan ukhuwah sesama muslim, menguatkan imanku, memantapkan hatiku dan semua nikmat yang aku tidak sangguo menyebutkannya. Ampuni aku ya Allah, karena kesyukuranku yang sanagt sedikit. dan... aku percaya sekarang juga dalam proses skenario-Mu yang berikutnya.

tapi aku sedih melihat saudaraku...

hatiku bercampur rasa, aku mau katakan sesuatu, tapi aku takut ada musuh-Mu yang mungkin berpotensi untuk menghancurkan segala niat baikku. tetapi mereka adalah saudaraku, dan mereka juga memahami apa yang aku pahami saat ini, mungkin aku tau tidak tau dimana perbedaannya...

aku mohon kepada engkau ya Allah... semoga merega berani tegas, tegas seperti dulu yang aku prasangkakan baik kepada mereka...

..........

semua memang selalu berkembang, selalu berputar dan berubah. saudaraku yang 'alim aku tau antum tidak mudah terpedaya dengan dunia ini. dan antum meyakini sekalai kalau didunia ini hanya sementara... tapi sayangnya semua orang menyadari hal itu, dan kebanyakan mereka tidak membuat perhitungan terhadap kampung akhirat.

Allah Akbar...
jangan sampai tahta membuatku hancur
jangan sampai harta membuatku remuk
jangan sampai ****ta juga menghancurkan segalanya

aku berlindung kepada Allah dari segala bentuk Kejahiliahan...

semoga Jihad dapat membuatku tegar dan istiqamah...

semoga cita-citaku tercapai dan mendapat ridha-Mu.... Allahu Akbar...

aku akan menceraikannya....

bantu hamba-Mu ini untuk melakukannya...

meskipun aku sulit melakukannya, tapi bantulah aku.. meskipun baru talaq 1...

luruskan niatku untuk menceraikan kesenangan dunia ini....
------------------------------------------------

Dan... Inilah yang membuat aku ragu dan tidak yakin....
apakah aku akan pulang ketanah orang tuaku....
tanah dimana mereka saat ini tinggal....
memang... semua orang menyarankan, "bagaimana mungkin disana akan 'seperti yang aku harapakan' kalau aku tinggal pergi dan tak mau pulang?"
Tapi, aku sudah bayangkan akibatnya bila aku kembali.
jangankan tinggal disana lagi, berlibur 2 minggu saja rasanya lupa akhirat! Masya Allah...!
baiknya memang tidak pulang, atau malah pergi lebih jauh menjemput cita-cita tertinggi...
tapi, bagaimana dengan ibu yang merindukanku. dan ayah yang membiayaiku. mba' yang menjagaku dahulu...

lalu.... bagaimana dengan :

انفرواخفافاوثقالاوجاهدوباموالكم وانفسكم في سبيل الله ذلكم خيرلكم ان كنتم تعلمون[التوبة:٤١]ا

Minggu, 10 Mei 2009

Pejuang...

Tak semua perjalanannya selalu mulus, tanpa onak dan duri. Semuanya memang indah dikenang, tapi belum tentu manis diperjuangkan. Ganjarannya memang tak mampu diungkapkan dengan kata-kata, hanya Allah yang tau kepastiannya.

Menjadi sepertinya tidak mungkin didapat melalui perjuangan yang sangat minim, membuang waktu, sedikit kerja atau banyak berkata. Semuanya harus melalui kerja yang begitu keras, keyakinan yang bulat serta keikhlasan yang mendalam. Bukan karena harta, tahta, atau ...ta yang lainnya.

Kalau kita sendiri masih sering membuang waktu dengan percuma, jangan merasa disebut sebagai Pejuang.

Pengorbanan perasaan adalah hal yang harus bisa dikorbankan, rasa lelah hal yang disumbangkan, tetesan darah sebagai bukti perjuangan...

Ia selalu istiqamah dalam setiap langkahnya, hari demi hari semakin bersemangat, Syurga-Nya memanaskan semangat yang telah Ia miliki...

IN'ASY

Sesungguhnya doa yang kita panjatkan kepada Allah selalu mendapat jawaban. Entah itu ditunda atau tidak, dalam bentuk lain atau dalam bentuk yang sesuai dengan yang kita doakan. Begitu juga dengan pertolongan yang selalu kita mohonkan, selalu mendapat jawaban pasti dari Allah. semua jawaban itu berada disekitar kita, malah... kemungkinan kita sendiri yang tidak memahami alur pertolongan yag Allah berkan. Sehingga langkah yang kita ambil selalu ragu, tidak yakin, bahkan mungkin balik bertanya dan protes kepada Allah. Sehingga ketika saat-saat yang mendesak baru kita mau mengambil langkah ke alur yang Allah sediakan. Dan... seketika itu kita menyesal, mengapalangkah yang diambil sangat lamban. Terkadang kita bingung menentukan pilihan dari keputusan kita. sibuk kesana kemari mencari jawaban, padahal tidak jarang jawaban yang kita cari ada dalam diri kita sendiri.

........................

Kita terkadang tidak begitu menyadari potensi yang ada didalam diri kita. Ketika bercermin misalnya, kita tidak menyadari bahwa ada sesuatu yang sangat hebat yang kita miliki. Cuma masalahnya kita tidak miliki percaya diri yang kuat, tidak percaya dengan keyakinan yang dimiliki. baru mendapat ujian mental yang amat kecil mudah kempes.... apakah begitu yang kita lakukan selama ini?
Padahal kita menginginkan pribadi yang penuh percaya diri. Oleh sebab itu, untuk membuktikan bahwa diri kita adalah orang yang penuh percaya diri, maka kita kudu kuat dengan segala ujian tersebut.

........................

Kerinduan yang dimiliki atau ke-syiqah-an yang diperoleh, tidak mungkin didapat dengan begitu saja. Semua harus melalui proses yang panjang. jangan mengaharap diperhatikan, tapi jadilah yang memperhatikan. Hanya dengan modal silaturahmi dan bungkusan kecil disertai kalimat hikmah yang berdasar itu sangat menyentuh perasaannya, meskipun hatinya sekeras batu.
Allahu Akbar...!
Ingatlah... semuanya tidak diraih dengan mudah, gampang dan tanpa pengorbanan. Tanpa pengorbanan yang dilakukan dengan ikhlash, maka semuanya akan mustahil diraih...


............................

Sangat bisa menjadi orang yang istiqamah diantara orang-orang yang istiqamah. Teman istiqamah kita juga ikut menjadi seperti dia, tapi jangan samapai ketika teman menjadi futur lalu kita ikut-ikutan...

Jangan merasa aman ketika kita semangat karena melihat teman kita menjadi semnagat. artinya, tidak selamanya teman kita menyemangati kita dalam setiap perjalanan, atau setiap kefuturan kita.

sehingga, pilihan yang terbaik adalah, menjadi orang yang memberikan orang lain terinpirasi dengan semangat yang kita milikia. dan bukan sebaliknya.

ingat...! kita tidak selamanya jomlbo. Dalam kata lain, kita juga akan menikah, berpisah dari keluarga, saudara dan teman kerabat. Kita harus memiliki semangat yang murni dari diri sendiri, shingga menularkannya kepada semua yang ada disekitar kita. jangan sampai terwarnai oleh lingkungan yang buruk. tapi warnailah lingkungan yang buruk menjadi lingkungan yang baik melalui perilaku yang kita miliki.

semuanya bermula dari Ridha Allah swt, beserta izinnya dan semangat yang kita miliki. Allahu Akbar...!

Rabu, 06 Mei 2009

Kepada saudaraku...

Ingatlah... rasanya tidak terasa kt menjelajahi bumi Allah yang begitu luas luar biasa. menemukan pemandangan yang indah, udara yang segar, masyarakat yang sangat beragam, lingkungan hidup yang amat tentram...

ana hanya mengingatkan, bukan bermaksud apa-apa... mumpung kita masih miliki kesempatan, waktu dan umur, gunakanlah semuanya demi kebaikan kita di kampung akhirat yang abadi...

terkadang saya bingung dan sedih... mengapa saudaraku yang seiman dan taqwa pada Allah 'Azza wa jalla tidak menggubris sepenuhnya aturan Allah...

saudaraku.... dengan rasa malu dan rendah diri ana menyarankan kepada antum yang masih bersuka ria dengan dunia ini yang penuh dengan perhiasan dan kesenangan yang amat indah dan memikat. Ana akui... dunia ini memang menarik dan sangat menyenangkan... tapi, pernahkan kita berfikir, atau bahkan membayangkan, sebetulnya ada apa sih Allah merahasiakan kenikmatan diakhirat? nikmat dan keuntungan apa yang akan kita rasakan disyurga? dan siksa yang pedih bagaimana kalau sampai ke neraka (na'udzubilla...!)
Ana juga penasaran, tapi kalau dipikir-pikir... kenikmatan yang Allah perlihatkan saja rasanya sudah seperti ini... (dunia), lalu bagaimana dengan kenikmatan yang selalu Allah "sembunyi-sembunyikan"? pasti ini adalah kejutan yang luar biasa hebatnya...

lalu... ya Allah... kalau siksaan dunia yang Engkau tampakkan seperti ini pedihnya, aku tidak sanggup membayangkan kepedihan itu... Aku memohon kepada engkau ya Allah... selamatkan aku dari Azab neraka yang pedih dan selalu Engkau gambarkan kepedihannya di dalam al-Qur'an..

saudaraku... lupakanlah kesenangan dunia yang selama ini membuat kita lupa kepada Allah... yang membuat kita tergiring tanpa sadar bermaksiat kepada-Nya, yang membuat kewajiban kita menjadi tidak sempurna ditunaikan, shalat menjadi telat, akhlaq menjadi rusak, prasangka buruk yang tanpa dasar yang kadang-kadang aku tujukan kepada-Mu dan aku akui itu karena kebodohanku ya Allah, maka ampunilah aku ...

berikanlah hidayah kepada saudaraku yang masih memiliki iman kepada Engkau, meski hanya sebesar biji Zarrah. aku yakin kami adalah hamba yang kurang kritis....
ampuni kami ya Allah...

Senin, 04 Mei 2009

MELEPAS KEPERGIAN TEMAN, BERWASIAT KEPADANYA, MENDOAKANNYA DAN MEMOHONKAN DOANYA.

“...Aku menitipkan kepada Allah, agamamu, amanahmu, dan penutup amal-amal kamu.”

Bepergian, hampir semua pernah mengalaminya. Terkadang kepergian memang memicu timbulnya rasa haru dan sedih, yang hanya sementara. Keharuan yang disebabkan oleh ditinggal pergi biasanya hanya berlangsung selama kurang lebih 2 minggu. Misalnya ditinggal pergi oleh ayah untuk sebuah tugas diluar kota, ditinggalkan oleh suami untuk mencari nafkah, berpisah dengan saudara kandung yang baru saja menikah, ditinggal oleh sahabat tercinta karena akan menuntut ilmu di tempat yang jauh atau malahan meninggalkan pergi orang lain yang ada dirumah, ayah, ibu, kakak, adik, keponakan dan kerabat dekat, semuanya menyisakan rasa sedih dan haru. Bagaimana rasanya menjadi orang yang ditinggalkan atau yang menginggalkan? Pernahkah antum mengalaminya?

Ketika kita ditinggalkan oleh orang yang sangat dekat dengan kita, rasanya saat-saat kepergiannya sangat berarti, berarti bagi yang ditinggalkan dan yang meninggalkan. Sampai suatu ketika Salim Ibn Abdillah Ibn Umar meriwayatkan, “bahwasanya Abdullah Ibn Umar r.a., berkata kepada seseorang yang hendak bepergian, ‘mendekatlah kepadaku hingga aku melepas kepergianmu sebagaimana Rasulullah saw. Melepas kepergian kami,’ maka dia berkata, ‘Aku menitipkan kepada Allah, agamamu, amanahmu, dan penutup amal-amal kamu’.” (HR, Tirmidzi, dia berkata, “Hadits Hasan dan Shahih”)

Rasulullah saw sangat memahami saat-saat yang amat berharga ketika itu, dan beliau memberikan sebuah contoh kepada umatnya, meninggalkan bekas yang sangat bernilai bila dilakukan antara sesama saudara, kerabat dan bahkan orang terdekat. Bayangkan ketika kita dalam keadaan haru dan sedih yang pada saat itu kita sangat ingat kepada Allah bahwasanya bila Allah berkehendak semuanya pun akan terjadi,. Nah, disaat itulah kita manfaatkan sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah saw supaya kita berdoa untuk orang yang meninggalkan kita, mewasiatkan yang berharga kepadanya dan boleh pula meminta untuk didoakan olehnya, karena insya Allah doa orang yang musafir adalah istijab.

Lalu bagaimana rasanya yang meninggalkan pergi? Pernah antum merasakannya?

Bagi yang meninggalkan pergi, akan memberikan ketenangan tersendiri ketika ibu ataupun ayah mengatakan, “hati-hati dijalan ya nak..., kami mendoakanmu semoga sukses dan mendapat kemudahan dari Allah ‘Azza wajalla disetiap urusanmu...” Maka yang ada didalam hati kita hanyalah sebuah kata, “amin ya rabbal ‘alamiin...” Mengamini doa Ibu-Bapak yang sangat tulus dan ikhlas.

Begitu juga bila kita berpamitan dengan teman kerabat terdekat, kemudian kita didoakan olehnya, meskipun hati kita dengan rasa berat meningkalkannya insya Allah akan tertutupi dengan doanya yang tulus diberikan kepada kita. Rasanya persahabatan ini tidak akan pernah luntur kecuali bila Allah yang memisahkannya. Hubungan persaudaraan semakin erat dan kuat. Setelah mendoakan, biasanya kita diminta satu hal olehnya yaitu, “jangan lupa kirim kabar ya akh...!?” Bukan sesuatu yang sulit bagi kita untuk mewujudkannya, seakan-akan kesedihan ini berkurang dan terbagi dua dengannya. Langkahan kaki menjadi semakin ringan dan tidak begitu berat, karena telah melepas rasa rindu sebelum bepergian...

Seorang Sahabat pernah berpamitan kepada Rasulullah saw dan meminta didoakan oleh Beliau saw, Kemudian beliau juga dengan senang hati mendoakannya. Dari Anas r.a., dia berkata, “seseorang datang kepada Nabi saw. Lalu berkata, ‘wahai Rasulullah saya hendak safar, maka bekalilah aku.’ Beliau bersabda, ‘semoga Allah membekalimu dengan taqwa.’ Dia berkata, ‘tambahkanlah untukku.’ Beliau bersabda, ‘dan semoga Dia mengampuni dosa-dosamu.’ Dan dia berkata lagi, ‘tambahilah aku.’ Rasulullah bersabda, ‘dan semoga Dia memudahkan kebaikan untukmu, dimana saja kamu berada’.” (HR. Tirmidzi, dia berkata, “Hadits Hasan”)

Bagi kita yang ditinggalkan pergi, mungkin mengucapkan doa kepada yang musafir adalah sangat ringan dan mudah. Tetapi ketahuilah! jangalah yang demikian itu diremehkan! karena bisa jadi bagi kita tidak berarti dan tidak membawa dampak, tapi bagi yang musafir hal itu adalah bekal perjalanan yang amat luar biasa. Dengan doa yang tulus dan ikhlas seakan menemani perjalanannya, menenangkan keharuannya dan mengobati kesedihannya. Dampak yang lainnya adalah mempererat ukhuah antara sesama muslim. Allahu akbar!

Bahkan, ketika Rasulullah saw melepas seluruh tentaranya selalu mendoakan mereka supaya mendapat perlindungan Allah swt dan memberikan ketenangan kepada yang meninggalkan pergi, “Aku titipkan kepada Allah, Agama kalian, amanah kalian dan penutup amal-amal kalian.” (Hadits Shahih diriwayatkan oleh Abu Dawud & lainnya dengan sanad shahih)

Begitu bermakna sepatah doa bagi orang yang musafir, bahkan bagi Mujahidin yang akan pergi ke Medan Jihad, Cobalah antum membayangkannya! Oleh sebab itu, jangan sekali-kali bila saudara atau kerabat kita yang akan pergi jauh lalu kita mengatakan yang tidak nyaman didengar, tidak bersahabat untuk diutarakan dan menyakitkan untuk dikenang. Selain membuat sedih dan membuat ragu bagi orang yang pergi, juga membuat sakit hatinya dan menjadikan nilai dosa tersendiri disisi Allah swt.

Doakanlah meskipun hanya sepatah dan dua patah kata...

Berikanlah yang terbaik padanya...

Meminta didoakan oleh orang yang pergi merupakan salah satu contoh Rasulullah ketika melepas kepergian Umar r.a.

Berikan wasiat yang bermanfaat untuk kekokohan Agama..

Wallahu A’lam.

Referensi : Imam Nawawi, 2006, Tarjamah Riyadhus Shalihin, Surabaya : Duta Ilmu.

Kamis, 30 April 2009

Bisa Belajar Dari Pejuang

"Adalah
kehormatan bisa
sejenak
membersamai di
satu jeda
perjalanan pejuang.
Bukanlah kerugian,
bahkan... ia
merupakan
keberuntungan
besar."
Yaa Allah ya Rahman... maha menjadikan segala sesuatu itu menjadi mungkin, menjadikan hal yang tidak disangka menjadi sebuah kejuatan besar... masa depanku memang misteri... dan aku memohon kepada-Mu ya Rahman... jadikan misteri itu menjadi sebuah kejutan membahagiakan bagiku....
Berangkatkanlah mujahid muda-Mu di bumi Jihad yang suci... ku tau perjuangan ini amatlah berat dan panjang... dan hamba-Mu ini akan bersabar untuk menghadapi berbagai rintangan yang ada...
Maha besar Engkau... ya 'Aziz... ya Dzul Jalaali wal Ikraam....
Tidak sabar melihat saudara muslim yang berjuang di jalan-Mu tanpa ku temani...
berikan pula kesempatan itu pada muslim yang sangat mengharapkannya yaa Allah...
Wahai Maha Sutradara terbaik... jalan hidupku Engkau buat sangat indah...

Minggu, 19 April 2009

Rasa Ini Jangan Sampai Pergi...!

Dimanapun saya memalingkan wajah tidak ada yang terbayangkan melainkan wajah-wajah Mujahidin...

Jasadku dinegeriku, Tapi jiwaku di Negeri Jihad-Mu...


Penak men di Indonesia...!

Bisa hidup nyaman, perhitungan masa depan yang di hitung dan dipertimbangkan dengan demikian rumit, supaya dapat memperoleh kedudukan tinggi di masa depan.

Tapi berpa banyak orang yang memperhitungkan dan merencanakan rencananya untuk pergi berperang, Jihad fi sabilillah...?


Jumat, 17 April 2009

Pemuda! Pernahkah anda merasa tua..???

Banyak pelajaran penting yang sering dilupakan manusia. Terutama kita para remaja dan pemuda. Apa pelajaran itu...?


Wajarnya kita tinggal di rumah, kost, atau asrama yang selalu berinteraksi dengan kerabat yang beragam usia, mulai dari anak-anak, remaja, dan orang tua. Bagi para remaja dan pemuda jelas sudah pernah merasakan apa itu bayi, balita, dan anak-anak. Meskipun semuanya telah berlalu dan mungkin telah banyak yang dilupakan.


sewaktu kecil, mungkin punya postur tubuh yang mungil, dikelas paling kecil, dikalangan bermain paling lemah dan tak berdaya. Merasakan penindasan dari orang yang lebih kuat dan lebih besar. Tapi hal itu tidak terlalu digubris, waktu kita masih kecil


ketika kita sudah menjadi remaja atau dewasa, ternyata pengalaman diwaktu kecil bukan menjadi pelajaran berarti untuk masa berikutnya. Masa apa itu? ya, tentu masa ketika kita lanjut usia. Tapi jelas itu adalah hal yang mesterius, dan rahasia Allah 'Azza wa jalla. Tapi terlepas dari itu semua, pernahkah kita merasa tua??


Merasa tua bukan berarti merasakan tubuh ini layaknya orang tua. Tapi membayangkan apa saja yang akan terjadi pada diri kita bila waktunya menjadi tua telah tiba.


Tua bukan sebuah penyakit, bukan sesuatu yang pasti dapat dihindari atau dtunda waktunya. Dan sebenarnya tua pasti dilalui oleh semua orang.

Coba kita bayangkan bila menjadi tua nanti! ketika usia sudah mencapai 80 tahunan. Apa saja penyakit yang bakal diderita? Seberapa besar tenaga yang tersisa?? Apa saja penderitaan yang bakal dirasakan??? pernahkah kita para remaja menyempatkan diri untuk membayangkan itu?


Apa manfaatnya kita mengingati hal demikian? Jawabannya tidak terlalu sulit. Seperti halnya mengingati mati, bukan berarti untuk menakut-nakuti, melainkan bagaimana kita berajak dari sudut pandang bahwa betapa banyak nikmat yang kita rasakan selama ini, namun ucapan syukur tak kunjung keluar dari mulut kita. Benarkah?


Terlalu menikmati masa muda itulah salah satu sebabnya mengapa selalu mengeluh menghadapi masalah hidu ini. Bayangkan bila tua, berapa banyak masalah yang dihadapi selain tubuh yang sudah menjadi rapuh.


Tidak jarang orang-orang yang sudah sepuh dan berumur tua mengharapkan kematian untuk segera datang. Tapi apa daya Allah yang berkehendak! kalau mulut ini tidak pernah dilatih untuk mengucap istighfar kepada Allah, maka yang keluar hanyalah ucapan-ucapan yang tidak mendidik. Na'udzubillah...!


Dilingkungan boleh jadi kita kerap menjumpai orang yang tua dan sepuh. Tetapi pernahkan kita merasakan penderitaannya? membayangkan begitu!?


Bukan saya bermaksud memaknakan tua adalah sebuah siksaan, tapi coba bayangkan ketika masih muda dan terlalu menikmati juga memaksimalkan segala bentuk kenikmatan yang dirasakan waktu muda, seakan-akan lupa apa yang akan terjadi ketika tua.


Kayaknya, beribadah kepada Allah secukupnya, bersedekah, berjuang di Agama Allah pun juga seadanya, bahkan seolah-olah memiliki kekuasaan untuk melimpahkan amanah Agama-Nya hanya pada orang-orang tertentu saja. Ketaatan pada Allah pun juga sangat minim sekali. Merasa waktu muda adalah waktunya menikmati dunia, mumpung masih muda rasakan kenikmatan dunia itu dengan semaksimal mungkin, ya... inilah keadaan yang sering dijumpai oleh kalangan pemuda. Ndak tau juga kenapa...?


Anehnya lagi ada yang bilang, "kalau hidup anak muda terlalu taat pada agama sepertinya hidup cuma monotone."

"menurut gue having fun ga masalah yang penting ga pacaran dan ga minum." tambahnya.


inilah sebuah fakta yang banyak terjadi, mereka bilang khawatir nanti waktu tua ga ada yang bisa diceritakan buat anak dan cucu.... (buat pembaca, hal ini mohon tidak ditiru!!)


Bagi saya, yang lebih penting adalah perjuangan bahagia apa yang ditetapkan Allah sedang kita menjalankannya dengan ikhlas. Meskipun dengan tumpahan darah dan rasa lelah yang amat sangat... Betapa bahagianya menceritakan hal ini pada Allah 'Azza wajalla.... meskipun Allah sendiri lebih mengetahui hal itu... Allahu Akbar...!


Pemuda.. Jangan samapai ketika terlanjur tua menyesal, karena telah menyia-nyiakan kesempatan berjuang dimasa muda. Padahal Allah sangat mengutamakan pemuda yang taat...

Subhanallah...!


Tetap sehat...

Tetap semangat...

Supaya masa muda tetap dihabiskan dijalan dakwah Allah 'Azza wajalla...!

Selasa, 14 April 2009

Jangan Halangi Aku...!












"Demi Allah yang tidak akan pernah merugikan.... Ayah,
Kamu dan Ibumu, Demi Allah yang tidak akan pernah merugikanmu kecuali karena perbuatanmu sendiri. Sungguh Allah telah menerangkan kepadamu dengan Haq (al-Qur'an),
Akan tetapi ini adalah ujian dan cobaan bagi kita dari Allah,
untuk menguji sejauhmana kecintaan kita pada Allah, dan (membuktikan) sejauhmana pengakuan kita mematuhi kewajiban, dan keberanianmu kita dalam mematuhi serta..."

--A'adaauka-- (download)


Berapa banyak waktu yang terbuang?
Berapa banyak hari yang terhitung?
Berapa bulan dan tahun yang sudah ...?
Berapa lama lagi akan menunggu....?

Mulai berjuang di Jalan Suci yang Allah jaminkan
keselamatan, kebaikan bahkan ganjarannya...
Mau menunggu sampai kapan, saat yang tepat itu akan tiba?
Niscaya penantian itu yang akan membuang waktu yang amat sia-sia
Biarkan perasaan berat ini 'kan kalahkan atau yang 'kan binasakan
Asalkan jangan sampai usia dan tenaga ini binasa oleh sebab.... Menunggu terlalu lama....
... ... ... Berjuang Fii Sabilillah....!
"Bukan mimpi yang mustahil untuk bisa shalat bersama, sujud dan berjuang bersama dengan para Mujahidin. Sampai tetesan darah terakhir... Sampai tetesan darah terakhir... Sampai tetesan darah terakhir...."

Bangkitlah... meskipun dengan perasaan ringan maupun berat
Bangkitlah... meskipun kamu sudah menempuh jengjang yang tinggi
Sungguh... ini hanya sekenario ajaib yang Allah tuliskan, supaya dengan jalan itu Allah menggiringmu menuju perjuangan yang Suci
Sungguh... keberangkatanmu dimedan perang adalah lebih baik, daripada sejuta persoalan yang menahan tidak berperang

Sudikah engkau melihat Agama Allah dilecehkan?

Sudikah engkau menyaksikan Agama Allah di hancurkan?

Terimakah engkau melihat gerak-gerik orang-orang yang menilai Agama Allah adalah dusta!?Terimakah engkau membiarkan tangisan anak yatim piatu, seorang janda dan seorang tak berdaya menangis tersedu-sedu karena mereka ditindas dengan kejam, sambil meminta tolong!? Sementara saudara yang lain masih terhibur dengan hiruk pekuk dunia yang menentramkan dan menutup rapat mata batinnya!

Itukah yang akan kita tunggu untuk mau berperang???

Belum cukupkah kezdaliman itu menghancurkan segalanya???

Mampukah kita membenarkan pembelaan orang-orang Amerika dan Yahudi atau bangsa lainnya bahwa mereka memberantas Teroris???

Apakah orang yang membebaskan Penindasan anak yatim disebut Teroris???

Apakah orang-orang yang melawan kedzaliman itu disebut Teroris???Apakah orang yang membantai nyawa tak berdosa dengan cara yang Bathil disebut sebagai Pahlawan pembasmi Teroris???

Ataukah kata "Teroris" sudah ngetrend menjadi sebutan bagi orang yang memperjuangkan kemakmuran bersama???

Sungguh ini semua disebabkan karena Kamus bahasa yang asli sudah ditukar dengan kaca mata Rasisme yang buta dengan keenaran!!!

Semoga hancur berantakan!

Keseimbangan dunia sudah tidak stabil!

Pemetik api emosi yang sangat lembut dapat menebarkan benih peperanganyang berlangsung berkepanjangan. Hubungan antar Agama mulai rapuh! Mudah terjadi konflik! Merasa sok jagoan dan berkuasa! Punya nyali tapi bukan pemberani! mencari-cari sekutu untuk bersatu dan menghancurkanAgama yang lurus! Agama Allah yang Haq dan kokoh. Islam jawabannya! Islam adalah agamayang sungguhbenar-benar mengajarkan keadilan dan keteraturan. Pengikutnya sendiri akan menghadapi hukuman dar Tuhannya, bila memutuskan perkara yang tidak adil kepada terdakwa yang berbeda.

Islam mengetahui toleransi (yang terlalu panas digembar-gemborkan), mengajarkan sifat baik, adil, dan saling membantu satu sama lain. Tapi, bukan pada tempatnya kalau Agama islam yang merupakan agama Samawi DIKOTORI oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab! Tak ada hukum yang sesempurna dengan hukum-hukum yang ada di Agama islam. Merah dibalas merah! Putih dibalas dengan putih! Artinya, setiap perkara harus dibalas dengan perkara setimpal, dengan pertimbangan kaidah-kaidah yang berlaku. Kebaikan pun harus dibalas dengan kebaikan.

Sebagaiman dengan yang Allah 'Azza wajalla Firmankan, bahwa Agama yang Allah ridhai adalah agama Islam. Agama yang sempurna. Tanpa cacat sedikitpun. Dan agama ini ibarat kendaraan menuju tempat keselamatan. sebagaimana misalnya kendaraan buatan manusia. Bila dikendalikan dan digunakan secara tidak wajar maka tujuannya pun jelas tidak akan sampai. Kendaraan yang aman harus memiliki sistem pertahanan yang kuatuntuk melindungi penumpang yang berada didalamnya dari segala marabahaya. Sistem pertahanan tersebut jelas tidak akan aktif tanpa ada faktor pemicunya.

Berbeda dengan kendaraan yang Allah ciptakan sebagai sarana menuju dunia-Nya yang abadi, yaitu kampung Akhirat. Di Negri itu hanya ada dua pilihan. Yaitu syurga dan neraka.

Maka siapa saja yang salah memilih kendaraan sebagai sarana menuju syurga-Nya, maka tujuannya tidak lain adalah neraka-Nya...

Sabtu, 11 April 2009

Apakah Anda Pernah Mengerti...?

Subhanallah...

Walhamdulillah...

Pujian, Mutlak hanya kepada Allah 'Azza wajalla. Telah menciptakan dunia berikut seluruh keseimbangannya, beserta pasangannya, dilengkapi dengan kesempurnaan yang disertakan-Nya. Subhanallah.... Sungguh sangat luar biasa. Pernahkah anda memikirkannya...?

Shalawat serta salam kepada Rasulullah saw pembawa rahmad bagi sekalian alam.

Selalu berpasang-pasangan, semua yang dilangit dan dibumi. Ada pagi, ada sore. Malam-siang. Panas dan dingin. Sejuk dan pengap.

Tersedia fitur lengkap untuk kita. Agar semuanya bisa dinikmati dengan penuh rasa syukur dan mengaku kehambaan kepada-Nya. Menyaksikan kebesaran dan keesaan-Nya. Allahu Akbar...!
Tidak mungkin kita mengatakan udara di dekat pepohonan itu memiliki udara yang segar dan rindang, kalau misalnya keadaan dipenjuru seluruh tempat semua sejuk. Maksudnya, kita katakan udara disini sejuk karena kita pernah merasakan hawa disiang panas terik matahari yang begitu menyengat.
Ada juga orang yang merasa susah ketika kepanasan diperjalanan, tapi kalau mendung melulu juga repot karena jemuran tidak pernah kering. isinya cuma sambat sana-sini. Tapi Alhamdulillah... Semuanya bergilir dengan sempurna dan sistematis. Sehingga dengan adanya iklim yang seperti ini, siapapun kta, bisa menilai mana orang yang sangat bersyukur dengan nikmat yang ada, dengan orang tidak bisa bersyukur, yang sukanya kemauannya selalu ingin dituruti. Susah hidup jadi orang kayak gitu, ga pernah merasa puas...!

"...'Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka apakah kamu tidak mendengar?'." (al-Qashash : 71)

"...'Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?'." (al-Qashash : 72)


Orang yang cerdas dan amat kritis pasti merinding mendengar ayat ini. Tidak peduli siapapun dia. Apa-sih yang kita banggakan didunia ini...??? Sehebat apapun, yang namanya mati juga pasti akan menjemput kita... Lalu persiapan apa yang telah kita tempuh untuk menyambut kedatangannya yang hanya sekali seumur hidup? Tidakkah anda merindukannya?

Malam itu sangat indah ketika kita menikmati fenomena perubahan alam yang luar biasa. Yang tadinya terang benderang menjadi gelap. Sebelumnya panas bisa menjadi amat dingin. Langit biru berubah hitam dengan bintang-bintang yang menghiasai langit, supaya enak untuk dipandang. Buat apa Allah 'azza wajalla menciptakan kalau bukan untuk hamba-Nya yang selalu bersyukur...?

Dan tak satu-pun ilmuwan yang mampu membuatnya....
Seperti itu halnya dengan matahari terik yang membuat siang menjadi amat cerah. Sangat menerangi kehidupan muka bumi. Bahkan seluruh jagad raya Bima Sakti. Sebuah sumber energi yang teramat besar. Memberikan kehidupan diseluruh dunia. Tanpa panas matahari, apakah bisa terjadi hujan deras yang menyirami seluruh tumbuhan dimuka bumi? Apakah kita mau menyirami seluruh pohon dipenjuru hutan belantara? Sanggupkah kita melakukannya? Allah telah meringankan kesulitan kita dengan menugaskan Malaikat-Nya untuk mengerjakan semuanya. Manusia cuma terima bersih! Sudah gitu ga mau bersyukur lagi! Masih syirik lagi! Masya Allah...!
Tidak cukupkah itu sebagai tanda-tanda kebesaran-Nya?

Pernahkah kita memikirkan kalau saja Allah menunda datangnya waktu malam?
Kalau memang terjadi, pastilah semuanya menjadi kacau balau.
Kita pasti tidak menginginkan hal itu terjadi. Tapi mana sikap kita yang takut akan hal yang serba mungkin bisa menimpa kita? Mana ucapan syukur kita yang menunjukkan kesukaan kita menikmati malam dan siang yang teratur bergantian? Apa bayaran kita untuk membayar atas segala nikmat yang Allah sempurnakan?
Sangat materialistik sekali memikirkan untuk membayar nikmat Allah swt... Sungguh kita tidak pernah sanggup membayarnya. Padahal nikmat yang kita rasakan baru setitik terkecil dari sangat banyaknya kenikmatan Allah yang telah dinikmati.

Sejauhmana ketaatan kita ya...? sampai-sampai kita punya waktu untuk lupa mengingat Allah. Sampai-sampai kita mampu bermaksiat kepada-Nya.

Sejauhmana kekuasaan kita ya...? sampai-sampai ada yang menunjukkan ketidak-terimaannya atas cuaca yang Allah buat sedemikian rupa. Untung Allah Maha Pengampun, kalau tidak! Saat itu malaikat pencabut nyawa pasti akan mencabut nyawanya... Tapi Allah memberikan kesempatan kepada siapa saja untuk segera bertaubat bertaubat kepadanya. Siapa saja!

Mari kita meningkatkan ketauhidan kita kepada Allah 'Azza wa jalla...

Janganlah kita sekali-kali membuat tandingan atas-Nya...

Telitilah sikap kita selama ini. Sikap yang sangat mencintai dunia ini, sampai kita melupakan kampung akhirat yang abadi...

BERLADANG DEMI NEGERI AKHIRAT

............................

<<--iefnuya-->>

Minggu, 05 April 2009

BERUBAH

Assalamu’alaikum…!
Semua orang pasti pernah, B-E-R-U-B-A-H. Anak kecil, dari hari-ke hari selalu ada perubahan; fisik, mental, perilaku, bahasa, dan keterampilan. Waktu kecil ia sangat mendambakan orang yang menjadi favoritnya. Sehingga terbesit didalam fikirannya, “seandainya saja aku mampu menjadi seperti dia”. Yang ia pilih pasti yang menurut dia baik, atau terlalu keren, atau bisa juga yang menurutnya luar bisa dan mempesona.

Berubah, Pentingkah?

Perubahan ada yang penting, ada yang sangat penting, sangat-sangat penting, paling penting, ada juga yang ga penting. Kenapa? Kata berubah sifatnya sangat umum. Belum spesifik. Kalau begitu sekarang buat jadi lebih sepesifik!

“Dia adalah orang yang selalu berubah”. Apanya? Perilakunya, bajunya, pakaiannya, style-nya, sikapnya, atau kebiasaannya dan hobbynya? atau “nya” yang lain-“nya”? Berubah bisa kita fahami dengan makna, yaitu suatu keadan yang berbeda dari keadaan yang sebelumnya. Mungkin hanya yang tampak; baju, sepatu, celana, potongan rambut, atau perilaku. Atau hanya yang dirasakan; sikap, pembicaraan, pemarah, pendiam, cerewet, dll.

Kalau perubahan itu baik, berarti ia telah membuat suatu kemajuan. Dimata Allah kemudian dimata manusia. Kalau perubahan itu buruk, berarti ia telah membuat suatu kemunduran, dimata Allah kemudian dimata manusia.

Dan dari perubahan itu bisa banyak yang diraih, mulai dari pujian, sanjungan, sampai pada olokan dan gunjingan yang menyakitkan. Tergantung sejauhmana pandangan orang yang memaknai perubahan yang dirasakan dan diresapi. Tapi bukan itu yang menjadi nilai utama bagi “pelaku” perubahan yang maju. Memang betul hakikat manusia itu ingin dipuji dan benci di gunjing. Tapi apa arti perubahan yang maju kalau hanya mengharapkan pujian dari oran lain, ingin dinilai orang lain.

Oleh sebab itu ada strategi yang menyelamatkan kita dari fitrah tersebut dengan mengalihkan perasaan tersebut pada Allah. Iya… ingin dipuji Allah, maka kita akan selamat.

Kemudian yang tidak kalah pentingnya lagi adalah, memfokuskan perubahan itu kepada hal yang besifat positif. Sudah pasti! Buat apa capek-capek ngubah diri kalau hanya rame-rame menjauhkan diri dari Allah.

Apa contohnya? Banyak! Bisa misalnya yang sebelumnya suka mengingatkan orang untuk meninggalkan kemungkaran toh tiba-tiba berhenti mengingatkan, hanya gara-gara banyak yang nolak peringatannya. Padahal kalau dikipir-kipir peringatannya benar.

Trus, ada lagi, ada yang biasanya suka kultum, ceramah, ngisi halaqah, aktif dimentoring, tiba-tiba ga kedengaran lagi kabarnya gara-gara ketahuan berkhalwat dengan jenis lain (malu-maluin!). Aktifitasnya sih bagus, tapi saying, sikap yang lain tidak bagus.

Ada juga yang sebelumnya rutin ngikutin kajian, tiba-tiba tidak lagi hadir kerena jadwal kajiannya pindah sabtu malam. Sehingga merasa ada waktu special yang tersita.

Ini adalah banyak contoh dari perubahan, tapi sayang mereka lupa Istighfar. Kenapa? Soalnya perubahan mereka itu mengarah pada kemunduran, padahal aktifitas sebelumnya mulia. Hanya demi kenikmatan Syahawat dunia, perjuangan di jalan Allah bisa-bisanya ditinggalkan. Bukan berarti boleh disambi! jelas tidak boleh!!!

Tapi Alhamdulillah yang baca ini semuanya adalah orang yang berubah kearah maju (cie…!), iya ‘kan…? Lho… kok malah guyu!

Ngaku saja! tapi sebelumnya istighfar dulu. karena anda baru saja dipuji, baru setelah itu kembalikan semuanya kepada Allah. Setelah itu mulai dari sekarang berubah-lah! berubah maju. dan rame-rame merebut cintanya Allah.

Kita pemuda! kita punya tenaga, tuntutlah ilmu, lalu sampaikan kepada orang lain. Kalau ada yang tidak sesuai dengan kebenaran, maka bantahlah…! Bantah dengan hikmah! sehingga seakan-akan antara orang yang membantah dan dibantah tidak terjadi apa-apa serta seakan-akan teman yang setia (41:34).

Ingat juga, kita pemuda, dan masih muda, berarti kalau kita pemuda yang taat, kita adalah orang yang merebut cinta Allah dari orang selain pemuda. Karena cinta Allah cenderung kepada pemuda yang Shalih dan shalihah.

Kalau ternyata kebanyakan pemuda tidak taat! maka…, sekiranya “Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini” (41:38) dan “keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.” (48:29).

Ingat, waktu adalah amanah, umur juga gitu, lalu tenaga juga pasti ditanyakan telah digunakan untuk apa. Semua itu adalah nikmat. Nikmat dari Allah, nikmat yang harus digunakan untuk meraih kenikmatan yang berikutnya. Nikmat apa? Bukan nikmat syahwat atau nikmat dunia! Tetapi nikmat yang kekal, nikmat yang halal, dan nikmat yang paling diridhai, yaitu nikmat keselamatan dunia dan akhirat, nikmatnya cinta Allah, dan yang terakhir adalah nikmatnya syurga Allah.

Bayangkan! 1000 th disini sama dengan 1 hari diakhirat, yang ‘kegiatannya’ sangat banyak dan lama banget!, ada yang nikmat-nikmat dan ada yang menyiksa.

Lalu bagaimana bila diakhirat sudah melewati 1 minggu, eh… terlalu lama, 3 hari saja? Iya kalau sibuk menikmati syurga, tentu betah! tapi kalau dineraka?, Demi Allah! satu detik pun tidak akan tahan. Tidak akan tahan siksaannya!

Dan juga ingat! nyawa kita tidak sampai 1000 tahun, pol-polnya hanya 60-100 th, dan itu belum menempuh 1 hari diakhirat! nah… kalau kita mau ngaku orang pinter, mau milih sengsara 60 tahun lalu nikmat 1000 tahun? atau mau nikmat 60 tahun lalu sengsara ribuan tahun? Bagaimana?

kalau saya mau nikmat 60 tahun dan nikmat lagi ribuan tahun! kok bisa…? bikannya saya culas! kalau mau tau rahasianya, patuhi saja apa yang sudah menjadi ketetapan-Nya dan hindari segala larangan-Nya!

Oleh sebab, jangan sampai yang 60 tahun, gara-gara yang 60 tahun, merusak kenikmatan yang ribuan tahun. Jangan sampai! Sekali lagi jangan sampai!!! Kalau begitu berubahlah dari sekarang! Berubah apa? ya berubah kemajuan! Kalau dulu sudah kenceng tahajjudnya, lalu sekarang kendor, kalau begitu ayo segera nyetater dan ngebut lebih kenceng lagi!

Kalau dulu sering mengingatkan orang lain dan sering gagal, lalu sekarang vakum, ayo mulai lagi sejak saat ini! Sekarang… ayo! lha kok masih baca? pikir-pikir dulu, mungkin dulu gagal karena kita sendiri belum hikmah menyampaikan kebenaran Allah, atau peringatan itu belum mencakup mana batasannya antara haramnya atau halalnya.

Kalau dulu masih sering aktif hadir di pengajian dan ikhtilath, sekarang ya sudah harus berubah, tinggalkan salah satunya, bukan kajiannya! tapi yang ‘begituan’nya itu! mudheng…? opo nggur mubeng-mubeng…?

Selamat menikmati perubahan…!

selamat merasakan pujian Allah…!

Selamat… Anda telah merebut cinta Allah, merebut syurga Allah…!

Salam ‘alaikum warahmatullah…!

Rekreasi di Taman Dunia, "RIHLAH"






Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh....

R I H L A H.....

Pembabat bosan...
Apakah kebosanan itu sangat mengganggu anda...?

Apakah benar...?

tapi mengapa kita sering melakukan hal yang sangan Monotone, tapi buktinya tidak pernah bosan...!?

MAKAN.... Ya, pernahkah kita bosan makan? contoh saja makan Nasi. mau?

Makan nasi, sepanjang hari bahkan sepanjang tahun, tidak ada komentar apapun kalau akan merasa bosan. Apa sebab? Yang pertama adalah karena kita memang membutuhkan nutrisi yang terkandung dalam sesuap nasi.

Kedua, Karena memang makanan pokok di Negara kita adalah nasi. Dan kita sudah terbiasa makan nasi. Kalau kita coba-coba seharian makan roti, meskipun itu banyak sekan-akan kita belum merasa kenyang. Oleh karena sangat beda komposisi nasi dengan roti. Meskipun sama-sama sebagai sumber energy

Tapi bisa jadi membosankan, kalau nasi dikonsumsi tanpa : lauk, pauk, krupuk, sate tusuk dan …uk …uk lainnya. Ada juga yang selama hidupnya jarang sekali mengkonsumsi nasi atautidak pernah, sehingga takut ketika melihat nasi, karena memang pembiasaanny dari awal, seperti kalau kita melihat orang-orang Belanda.

Variasi ‘uk’ yang meramaikan rasa sesuap nasi putih membuat kita tidak bosan. Karena apa? Karena rasanya yang saling menyatu antara nasi dan ‘uk’. Tapi kalau ‘uk’nya cuma monotone, yo… tetap membuat kita jenuh mengkonsumsinya. Intinya kita butuh hal-hal yang selalu bervariasi atau hal-hal yang bervariasi kita butuhkan intinya atau hal-hal yang bervariasi intinya kita butuh. Tidak perduli setiap hari makan nasi, tetapi malah yang jadi perhitungan adalah corak-corik ‘uk’ yang selalu bermacam-macam. Poko’e mak nyuzz…!

Sedikit melenceng dari judulnya memang. Sengaja. Dan sengaja juga saya mengambil contoh ini. Sengaja. Karena ini yang kebanyakan orang-orang alami. Sengaja. Hari-hari makan nasi buktinya tidak bosen-bosen sengaja. Sengaja. “lha… ‘kan…, dari tadi sengaja mulu.”. Lha… antum jadi bosen kan…? Kalau kalimat isinya cuma kata-kata ‘sengaja’ orang tidak perlu baca banyak-banyak. lha wong isinya cuma sengaja. S-e-n-g-a-ja.

‘Sengaja’ memang buat kalimat ‘sengaja’. Supaya menjadi contoh ‘sengaja’, bahwa meskipun tulisan banyak kata-kata ‘sengaja’ tapi kalau ‘sengaja’ dihiasi sedemikian rupa ‘sengaja’ dan ‘sengaja’ dengan kata-kata ‘sengaja’ yang menarik, membuat kesan unsur kata ‘sengaja’ jadi tidak ‘sengaja’ membosankan. Karena memang ‘sengaja’ dilakukan agar pembaca tidak ‘sengaja’ jadi bosan. Karena penulis ‘sengaja’ nulis tulisan ‘sengaja’ yang ditulis ‘sesengaja’ mungkin agar tak ‘sengaja’ memiliki kesan tulisan ‘disengaja’ yang mengandung unsur ‘sengaja’, agar memperoleh kebiasaan yang ‘disengaja’ dengan tingkat ‘kesengajaan’ yang tinggi, membuat seseorang memperoleh hasil yang ‘sengaja’ dibuat-buat dengan ‘sengaja’.

Pesan : “buat para pembaca yang sengaja baca bacaan sengaja ini, lain kali kalau sengaja ada ide mau sengaja nulis. Mohon jangan sengaja menulis sengaja terlalu sengaja. Soalnya sengaja saya pesankan supaya para penulis nanti sengaja tidak menyengajakan tulisan yang isinya cuma “s-e-n-g-a-j-a”

“dari tadi nulis sengaja sudah berapa sengaja ya ja…?”

Sudah kita jangan bicara sengaja lagi. “loh kok masih nulis sengaja?” Oh ya.. Sengaja. Eh bukan, ga sengaja.

Rihlah, biasanya sering diartikan sebagai wisata ruhani. Adalah upaya untuk menghadirkan suasana baru dalam aktifitas rutin. Bentuknya bisa macam-macam, tergantung pada kreatifitas orang yang mengdakannya. Seperti tadabbur alam, atau game-game seperti out bone, dan atau hanya riyadhah (olah raga) biasa. Yang semuanya itu hanya bertujuan wisata dan rekreasi.
Point penting untuk pengadaan rihlah adalah tidak mengandung unsur mudharat sehingga tidak melahirkan hal-hal yang bersifat ma’siyat dan saudara-saudaranya. Seperti : ikhtilath, rihlah kok cuma berdua heterogen lagi!, trus berbaur tempatnya dengan habitat berbeda dan sebagainya. Silahkan kembangkan masing-masing. Kalau dijelasin semua bisa selesai dengan itu-itu aja.

Point berikutnya adalah jangan sampai membuat fisik kita setelah mengikuti rihlah itu bikin terlalu capek. “Keju-kemeng” sampe berminggu-minggu. Misalnya kalau rihlah dalam bentuk riyadhah serta dilakukan dengan susah payah, dengan kondisi memaksakan diri, yang demikian ini malah berakibat buruk pada fisik kita. Kecuali memang sudah menjadi hal yang rutin dan terbiasa.

Rasa lelah yang berlebihan, keju-keju pada persendian, spasme otot, dan rasa lemah terjadi karena tubuh orang yang belum terbiasa melakukan riyadhah dengan konsumsi tenaga yang besar, belum siap system metabolisme tubuhnya untuk menyesuaikan aktifitas berat itu. Karena perlu waktu yang lama bagi tubuh untuk beradaptasi. Maka mudah terjadi cidera yang ringan sampai berat. Misalnya : keju-kemeng ga rampung-rampung selama satu minggu. Sebaiknya jangan memaksakan, terkecuali sudah menjadi kebiasaan.

Yang perlu ditekankan adalah sifat rihlah yang hanya untuk rekreasi atau wisata. Tidak ada yang bersifat memaksakan, apalagi sangat meletihkan seperti : mendaki gunung, kalau memang belum ada pengalaman lebih baik jangan. Terus, menjelajah kehutan belantara, padahal itu butuh stamina dan mental yang kuat.

Lebih aman sebenernya kalau diisi dengan kegiatan yang me-relax-kan, mungkin bisa berkunjung kepantai (awas! Tidak untuk mengamati lumba-lumba!), melihat air terjun, jalan-jalan ke kebun teh, atau terserahlah. Intinya adalah menghadirkan suasana baru yang menyegarkan yang jarang kita lakukan dikesibukan kita.
Berkunjung ketempat kerabat untuk menguatkan silaturrahmi juga bisa kita anggap sebagai rihlah.

Dengan begitu semua, ada harapan dalam jiwa dengan menyaksikan keberadan benda-benda di alam nyata, kejadian-kejadian alam seperti, cuaca, dan natulisme alam. Sebagai tanda-tanda nikmat dan kebesaran Allah SWT. Yang telah diamanahkan untuk kita dan dinikmati bersama. Dijaga dan disyukuri.

“Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebahagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur.” (QS. Luqman : 31)






“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya.”
(QS. ar-Rum : 30)

“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. an-Naml : 88)


http://www.generasimuslim.com/gallery/


“orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka’.” (QS. Ali Imran : 191)



<<---"iefnuya"--->>

Sabtu, 04 April 2009

TERAPI SENYUM

Tidak mudah memang menjadi orang paling ramah sedunia. Butuh perjuangan yang sangat keras! Tapi bukan mimpi untuk menuju kesana. Rasulullah saw adalah orang yang paling ramah sedunia. Beliau saw paling kasih sayang dengan umatnya. Meskipun beliau sedang marah, ucapannya pun masih halus didengar.

Ada sebuah amalan yang “ringan” untuk dikerjakan sebenarnya, tapi tidak semua orang mampu melakukannya. Ambil saja contoh yang sangat sepele bagi kita, “senyum”. Ya...! itulah dia! Semua orang suka mendapat senyum dari kawannya. Sebuah kata sederhana, tapi tidak mudah melakukannya.

Anda pun senang melihat orang yang murah senyuman, apalagi yang diberikan dengan sangat tulus. Yang penting bukan tulusnya orang yang cuma bisa merengut.

Terapi Senyum bukan berarti menjalani terapi supaya bisa senyum. Tapi pengertian itu dibalik, sehingga menjadi, “bagaimana senyum itu menjadi sebuah terapi.” Apa bisa ya? Berikut liputannya :

Dilaporkan langsung dari TKP.......

Dengan anda terbiasa dengan senyum, yang sudah pasti bukan senyum yang di buat-buat, tapi memang benar-benar diberikan tulus kepada saudaranya. berarti sama saja dengan antum sudah menjalani sebuah "terapi." Terapi? Apanya?

Kita tau dijaman serba muter-muter sekarang, yang namanya senyum tidak terjual bebas. Mau tidak percaya terserah, tapi kenyataanya demikian. Sebuah contoh kita kutip di tempat-tempat Administrasi atau transaksi di Bank. Bisa dibilang tidak semua teller berwajah sumringahkan? Yang ada hanya tangan berbicara menunjuk kesana-kemari dan berkata hanya dengan sepatah dan dua patah kata. Itulah, betapa jarangnya senyum itu dipamerkan.

Terapi senyum sebetulnya merupakan sebuah media bagaimana menghabiskan hari-hari dengan sedekah tanpa harta. Senyum merupakan aktivitas yang bisa dibilang suatu terapi. Mengapa demikian? Dibandingkan kita memasang wajah sepet atau suka bermuka sangar, itu malah membuat otot-otot wajah selalu berkontraksi dan bekerja dengan ekstra.

Lalu... apa akibatnya...? Berikut selengkapnya...

Kalau di ibaratkan ga jauh beda sama kendaraan bermotor yang selalu dipaksa berpacu kecepatan. Ya jelas mudah bobrok. Tapi memang tidak senyata itu, kalau wajah selalu digunakan untuk murung dan bermuka masam, bisa-bisa otot-otot wajah menjadi lelah, cepat menua dan tidak tampak segar. Berbeda dengan orang yang selalu memperlihatkan wajahnya dengan cerah, santai, ramah dan senyum-sumringah. Akan tampak wajahnya berseri dan menyejukkan. Semua otot-otot wajahnya rileks, tidak ada kerutan dahi yang menampakkan rasa marah, tidak ada kontraksi otot pipi yang menampakkan kekesalan, sehingga wajahnya sangat enak dipandang. Mau...?

Taukah antum ketika orang lagi marah? Jumlah otot yang berkontraksi bisa mencapai 32 otot!

Tapi ketika tersenyum ceria yang berkontraksi hanya sekitar 12 otot.

Jadi kalau dipikir-pikir, dijaman yang serba mahal sekarang ini, alangkah hematnya bila kita sering tersenyum.

"Senyummu di wajah saudaramu adalah sedekah." (HR. Ahmad)

Alangkah indahnya Rasulullah saw. mengajarkan kita untuk murah senyum. Bukan berarti dinilai sebagai orang yang ada gangguan, tidak! Jelas Tidak!!!

Apakah suka, memandang orang yang cuma punya wajah kusut? Apakah suka kita melihat orang tua kita hanya bisa berekspresi marah pada kita? Jelas kita merasa dihargai bila setiap berkomunikasi selalu di “sedekah”kan dengan ekspresi wajah yang murah senyum.

Berurusan dengannya serasa mudah...

Berdiskusi dengannya serasa saling menghargai...

Karena satu dengan yang lainnya saling bersedekah, yaitu murah dengan senyuman.

Dijaman yang serba mahal sekarang ini, kadang-kadang yang namanya senyum juga ikut-ikutan mahal. Kenapa ya..? ga tau juga sih....! Padahal kalau itung-itungan, dengan murah senyum, kita dapat pahala tanpa perjuangan keras, malahan membantu kita lebih awet muda, karena hemat tenaga. yes...!

Ketahuilah saudaraku, dengan antum bermurah senyum, tidak membuat harga diri menjadi turun. Dengan antum murah senyum, tidak membuat teman antum lari bepergian. Dan dengan antum murah senyum, tidak membuat menjadi rugi. Yang ada hanyalah, pahala yang banyak, tenaga yang hemat, pribadi yang selamat.

Selamat mencoba...!

<<--iefnuya-->>

Perhatian Keras : Sedekah bukan hanya dapat pahala dan hanya terjadi oleh karena niat pelakunya! tapi juga karena ada kesempatan. Waspadalah...!!! Tersenyumlah...!