Minggu, 05 April 2009

BERUBAH

Assalamu’alaikum…!
Semua orang pasti pernah, B-E-R-U-B-A-H. Anak kecil, dari hari-ke hari selalu ada perubahan; fisik, mental, perilaku, bahasa, dan keterampilan. Waktu kecil ia sangat mendambakan orang yang menjadi favoritnya. Sehingga terbesit didalam fikirannya, “seandainya saja aku mampu menjadi seperti dia”. Yang ia pilih pasti yang menurut dia baik, atau terlalu keren, atau bisa juga yang menurutnya luar bisa dan mempesona.

Berubah, Pentingkah?

Perubahan ada yang penting, ada yang sangat penting, sangat-sangat penting, paling penting, ada juga yang ga penting. Kenapa? Kata berubah sifatnya sangat umum. Belum spesifik. Kalau begitu sekarang buat jadi lebih sepesifik!

“Dia adalah orang yang selalu berubah”. Apanya? Perilakunya, bajunya, pakaiannya, style-nya, sikapnya, atau kebiasaannya dan hobbynya? atau “nya” yang lain-“nya”? Berubah bisa kita fahami dengan makna, yaitu suatu keadan yang berbeda dari keadaan yang sebelumnya. Mungkin hanya yang tampak; baju, sepatu, celana, potongan rambut, atau perilaku. Atau hanya yang dirasakan; sikap, pembicaraan, pemarah, pendiam, cerewet, dll.

Kalau perubahan itu baik, berarti ia telah membuat suatu kemajuan. Dimata Allah kemudian dimata manusia. Kalau perubahan itu buruk, berarti ia telah membuat suatu kemunduran, dimata Allah kemudian dimata manusia.

Dan dari perubahan itu bisa banyak yang diraih, mulai dari pujian, sanjungan, sampai pada olokan dan gunjingan yang menyakitkan. Tergantung sejauhmana pandangan orang yang memaknai perubahan yang dirasakan dan diresapi. Tapi bukan itu yang menjadi nilai utama bagi “pelaku” perubahan yang maju. Memang betul hakikat manusia itu ingin dipuji dan benci di gunjing. Tapi apa arti perubahan yang maju kalau hanya mengharapkan pujian dari oran lain, ingin dinilai orang lain.

Oleh sebab itu ada strategi yang menyelamatkan kita dari fitrah tersebut dengan mengalihkan perasaan tersebut pada Allah. Iya… ingin dipuji Allah, maka kita akan selamat.

Kemudian yang tidak kalah pentingnya lagi adalah, memfokuskan perubahan itu kepada hal yang besifat positif. Sudah pasti! Buat apa capek-capek ngubah diri kalau hanya rame-rame menjauhkan diri dari Allah.

Apa contohnya? Banyak! Bisa misalnya yang sebelumnya suka mengingatkan orang untuk meninggalkan kemungkaran toh tiba-tiba berhenti mengingatkan, hanya gara-gara banyak yang nolak peringatannya. Padahal kalau dikipir-kipir peringatannya benar.

Trus, ada lagi, ada yang biasanya suka kultum, ceramah, ngisi halaqah, aktif dimentoring, tiba-tiba ga kedengaran lagi kabarnya gara-gara ketahuan berkhalwat dengan jenis lain (malu-maluin!). Aktifitasnya sih bagus, tapi saying, sikap yang lain tidak bagus.

Ada juga yang sebelumnya rutin ngikutin kajian, tiba-tiba tidak lagi hadir kerena jadwal kajiannya pindah sabtu malam. Sehingga merasa ada waktu special yang tersita.

Ini adalah banyak contoh dari perubahan, tapi sayang mereka lupa Istighfar. Kenapa? Soalnya perubahan mereka itu mengarah pada kemunduran, padahal aktifitas sebelumnya mulia. Hanya demi kenikmatan Syahawat dunia, perjuangan di jalan Allah bisa-bisanya ditinggalkan. Bukan berarti boleh disambi! jelas tidak boleh!!!

Tapi Alhamdulillah yang baca ini semuanya adalah orang yang berubah kearah maju (cie…!), iya ‘kan…? Lho… kok malah guyu!

Ngaku saja! tapi sebelumnya istighfar dulu. karena anda baru saja dipuji, baru setelah itu kembalikan semuanya kepada Allah. Setelah itu mulai dari sekarang berubah-lah! berubah maju. dan rame-rame merebut cintanya Allah.

Kita pemuda! kita punya tenaga, tuntutlah ilmu, lalu sampaikan kepada orang lain. Kalau ada yang tidak sesuai dengan kebenaran, maka bantahlah…! Bantah dengan hikmah! sehingga seakan-akan antara orang yang membantah dan dibantah tidak terjadi apa-apa serta seakan-akan teman yang setia (41:34).

Ingat juga, kita pemuda, dan masih muda, berarti kalau kita pemuda yang taat, kita adalah orang yang merebut cinta Allah dari orang selain pemuda. Karena cinta Allah cenderung kepada pemuda yang Shalih dan shalihah.

Kalau ternyata kebanyakan pemuda tidak taat! maka…, sekiranya “Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini” (41:38) dan “keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.” (48:29).

Ingat, waktu adalah amanah, umur juga gitu, lalu tenaga juga pasti ditanyakan telah digunakan untuk apa. Semua itu adalah nikmat. Nikmat dari Allah, nikmat yang harus digunakan untuk meraih kenikmatan yang berikutnya. Nikmat apa? Bukan nikmat syahwat atau nikmat dunia! Tetapi nikmat yang kekal, nikmat yang halal, dan nikmat yang paling diridhai, yaitu nikmat keselamatan dunia dan akhirat, nikmatnya cinta Allah, dan yang terakhir adalah nikmatnya syurga Allah.

Bayangkan! 1000 th disini sama dengan 1 hari diakhirat, yang ‘kegiatannya’ sangat banyak dan lama banget!, ada yang nikmat-nikmat dan ada yang menyiksa.

Lalu bagaimana bila diakhirat sudah melewati 1 minggu, eh… terlalu lama, 3 hari saja? Iya kalau sibuk menikmati syurga, tentu betah! tapi kalau dineraka?, Demi Allah! satu detik pun tidak akan tahan. Tidak akan tahan siksaannya!

Dan juga ingat! nyawa kita tidak sampai 1000 tahun, pol-polnya hanya 60-100 th, dan itu belum menempuh 1 hari diakhirat! nah… kalau kita mau ngaku orang pinter, mau milih sengsara 60 tahun lalu nikmat 1000 tahun? atau mau nikmat 60 tahun lalu sengsara ribuan tahun? Bagaimana?

kalau saya mau nikmat 60 tahun dan nikmat lagi ribuan tahun! kok bisa…? bikannya saya culas! kalau mau tau rahasianya, patuhi saja apa yang sudah menjadi ketetapan-Nya dan hindari segala larangan-Nya!

Oleh sebab, jangan sampai yang 60 tahun, gara-gara yang 60 tahun, merusak kenikmatan yang ribuan tahun. Jangan sampai! Sekali lagi jangan sampai!!! Kalau begitu berubahlah dari sekarang! Berubah apa? ya berubah kemajuan! Kalau dulu sudah kenceng tahajjudnya, lalu sekarang kendor, kalau begitu ayo segera nyetater dan ngebut lebih kenceng lagi!

Kalau dulu sering mengingatkan orang lain dan sering gagal, lalu sekarang vakum, ayo mulai lagi sejak saat ini! Sekarang… ayo! lha kok masih baca? pikir-pikir dulu, mungkin dulu gagal karena kita sendiri belum hikmah menyampaikan kebenaran Allah, atau peringatan itu belum mencakup mana batasannya antara haramnya atau halalnya.

Kalau dulu masih sering aktif hadir di pengajian dan ikhtilath, sekarang ya sudah harus berubah, tinggalkan salah satunya, bukan kajiannya! tapi yang ‘begituan’nya itu! mudheng…? opo nggur mubeng-mubeng…?

Selamat menikmati perubahan…!

selamat merasakan pujian Allah…!

Selamat… Anda telah merebut cinta Allah, merebut syurga Allah…!

Salam ‘alaikum warahmatullah…!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar