Minggu, 05 April 2009

Rekreasi di Taman Dunia, "RIHLAH"






Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh....

R I H L A H.....

Pembabat bosan...
Apakah kebosanan itu sangat mengganggu anda...?

Apakah benar...?

tapi mengapa kita sering melakukan hal yang sangan Monotone, tapi buktinya tidak pernah bosan...!?

MAKAN.... Ya, pernahkah kita bosan makan? contoh saja makan Nasi. mau?

Makan nasi, sepanjang hari bahkan sepanjang tahun, tidak ada komentar apapun kalau akan merasa bosan. Apa sebab? Yang pertama adalah karena kita memang membutuhkan nutrisi yang terkandung dalam sesuap nasi.

Kedua, Karena memang makanan pokok di Negara kita adalah nasi. Dan kita sudah terbiasa makan nasi. Kalau kita coba-coba seharian makan roti, meskipun itu banyak sekan-akan kita belum merasa kenyang. Oleh karena sangat beda komposisi nasi dengan roti. Meskipun sama-sama sebagai sumber energy

Tapi bisa jadi membosankan, kalau nasi dikonsumsi tanpa : lauk, pauk, krupuk, sate tusuk dan …uk …uk lainnya. Ada juga yang selama hidupnya jarang sekali mengkonsumsi nasi atautidak pernah, sehingga takut ketika melihat nasi, karena memang pembiasaanny dari awal, seperti kalau kita melihat orang-orang Belanda.

Variasi ‘uk’ yang meramaikan rasa sesuap nasi putih membuat kita tidak bosan. Karena apa? Karena rasanya yang saling menyatu antara nasi dan ‘uk’. Tapi kalau ‘uk’nya cuma monotone, yo… tetap membuat kita jenuh mengkonsumsinya. Intinya kita butuh hal-hal yang selalu bervariasi atau hal-hal yang bervariasi kita butuhkan intinya atau hal-hal yang bervariasi intinya kita butuh. Tidak perduli setiap hari makan nasi, tetapi malah yang jadi perhitungan adalah corak-corik ‘uk’ yang selalu bermacam-macam. Poko’e mak nyuzz…!

Sedikit melenceng dari judulnya memang. Sengaja. Dan sengaja juga saya mengambil contoh ini. Sengaja. Karena ini yang kebanyakan orang-orang alami. Sengaja. Hari-hari makan nasi buktinya tidak bosen-bosen sengaja. Sengaja. “lha… ‘kan…, dari tadi sengaja mulu.”. Lha… antum jadi bosen kan…? Kalau kalimat isinya cuma kata-kata ‘sengaja’ orang tidak perlu baca banyak-banyak. lha wong isinya cuma sengaja. S-e-n-g-a-ja.

‘Sengaja’ memang buat kalimat ‘sengaja’. Supaya menjadi contoh ‘sengaja’, bahwa meskipun tulisan banyak kata-kata ‘sengaja’ tapi kalau ‘sengaja’ dihiasi sedemikian rupa ‘sengaja’ dan ‘sengaja’ dengan kata-kata ‘sengaja’ yang menarik, membuat kesan unsur kata ‘sengaja’ jadi tidak ‘sengaja’ membosankan. Karena memang ‘sengaja’ dilakukan agar pembaca tidak ‘sengaja’ jadi bosan. Karena penulis ‘sengaja’ nulis tulisan ‘sengaja’ yang ditulis ‘sesengaja’ mungkin agar tak ‘sengaja’ memiliki kesan tulisan ‘disengaja’ yang mengandung unsur ‘sengaja’, agar memperoleh kebiasaan yang ‘disengaja’ dengan tingkat ‘kesengajaan’ yang tinggi, membuat seseorang memperoleh hasil yang ‘sengaja’ dibuat-buat dengan ‘sengaja’.

Pesan : “buat para pembaca yang sengaja baca bacaan sengaja ini, lain kali kalau sengaja ada ide mau sengaja nulis. Mohon jangan sengaja menulis sengaja terlalu sengaja. Soalnya sengaja saya pesankan supaya para penulis nanti sengaja tidak menyengajakan tulisan yang isinya cuma “s-e-n-g-a-j-a”

“dari tadi nulis sengaja sudah berapa sengaja ya ja…?”

Sudah kita jangan bicara sengaja lagi. “loh kok masih nulis sengaja?” Oh ya.. Sengaja. Eh bukan, ga sengaja.

Rihlah, biasanya sering diartikan sebagai wisata ruhani. Adalah upaya untuk menghadirkan suasana baru dalam aktifitas rutin. Bentuknya bisa macam-macam, tergantung pada kreatifitas orang yang mengdakannya. Seperti tadabbur alam, atau game-game seperti out bone, dan atau hanya riyadhah (olah raga) biasa. Yang semuanya itu hanya bertujuan wisata dan rekreasi.
Point penting untuk pengadaan rihlah adalah tidak mengandung unsur mudharat sehingga tidak melahirkan hal-hal yang bersifat ma’siyat dan saudara-saudaranya. Seperti : ikhtilath, rihlah kok cuma berdua heterogen lagi!, trus berbaur tempatnya dengan habitat berbeda dan sebagainya. Silahkan kembangkan masing-masing. Kalau dijelasin semua bisa selesai dengan itu-itu aja.

Point berikutnya adalah jangan sampai membuat fisik kita setelah mengikuti rihlah itu bikin terlalu capek. “Keju-kemeng” sampe berminggu-minggu. Misalnya kalau rihlah dalam bentuk riyadhah serta dilakukan dengan susah payah, dengan kondisi memaksakan diri, yang demikian ini malah berakibat buruk pada fisik kita. Kecuali memang sudah menjadi hal yang rutin dan terbiasa.

Rasa lelah yang berlebihan, keju-keju pada persendian, spasme otot, dan rasa lemah terjadi karena tubuh orang yang belum terbiasa melakukan riyadhah dengan konsumsi tenaga yang besar, belum siap system metabolisme tubuhnya untuk menyesuaikan aktifitas berat itu. Karena perlu waktu yang lama bagi tubuh untuk beradaptasi. Maka mudah terjadi cidera yang ringan sampai berat. Misalnya : keju-kemeng ga rampung-rampung selama satu minggu. Sebaiknya jangan memaksakan, terkecuali sudah menjadi kebiasaan.

Yang perlu ditekankan adalah sifat rihlah yang hanya untuk rekreasi atau wisata. Tidak ada yang bersifat memaksakan, apalagi sangat meletihkan seperti : mendaki gunung, kalau memang belum ada pengalaman lebih baik jangan. Terus, menjelajah kehutan belantara, padahal itu butuh stamina dan mental yang kuat.

Lebih aman sebenernya kalau diisi dengan kegiatan yang me-relax-kan, mungkin bisa berkunjung kepantai (awas! Tidak untuk mengamati lumba-lumba!), melihat air terjun, jalan-jalan ke kebun teh, atau terserahlah. Intinya adalah menghadirkan suasana baru yang menyegarkan yang jarang kita lakukan dikesibukan kita.
Berkunjung ketempat kerabat untuk menguatkan silaturrahmi juga bisa kita anggap sebagai rihlah.

Dengan begitu semua, ada harapan dalam jiwa dengan menyaksikan keberadan benda-benda di alam nyata, kejadian-kejadian alam seperti, cuaca, dan natulisme alam. Sebagai tanda-tanda nikmat dan kebesaran Allah SWT. Yang telah diamanahkan untuk kita dan dinikmati bersama. Dijaga dan disyukuri.

“Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebahagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur.” (QS. Luqman : 31)






“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya.”
(QS. ar-Rum : 30)

“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. an-Naml : 88)


http://www.generasimuslim.com/gallery/


“orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka’.” (QS. Ali Imran : 191)



<<---"iefnuya"--->>

1 komentar: